KOMPAS.com - Cut Nyak Dien adalah salah satu tokoh pejuang perempuan yang berasal dari Aceh. Sewaktu Perang Aceh melawan Belanda meletus pada 1873, Cut Nyak Dien ikut turun di medan guna memberikan perlawanan.. Peranan Cut Nyak Dien dalam Perang Aceh sangat besar. Ia bahkan menjadi sosok yang ditakuti oleh Belanda. Perlawanan yang dilakukan Cut Nyak Dien terhadap Belanda tentu bukan tanpa alasan.
Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk. Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam "Ibu Perbu" baru ditemukan pada tahun
Berdiri sejak 1935, Panti Asuhan Taman Harapan semula berada di Jalan Dewi Sartika. Beberapa kali panti asuhan itu berpindah lokasi karena berbagai alasan. Salah satunya pada 1937, panti asuhan pindah ke rumah Inggit Garnasih di Jalan Ciateul. Pada saat peristiwa Bandung Lautan Api, panti asuhan Taman Harapan pun menjadi saksi pergolakan yang ada.
Istrinya, Cut Nyak Dien, sempat bingung, marah, dan malu terhadap keputusan suaminya. Di saat yang sama, Gubernur Van Teijn, juga mempunyai maksud dan tujuan untuk memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Kemudian, Teuku Umar masuk dalam dinas militer. Atas keterlibatan tersebut, pada 1 Januari 1884, Teuku Umar
Panti Asuhan Yadin (Pinang), Panti Asuhan Cut Nyak Dhien (Pinang), Panti Asuhan An-Nuqthah (Pinang), Panti Asuhan Putra Asih (Tangerang), Panti Asuhan Al-Mabruroh (Tangerang), Panti asuhan Al-Mubarok (Cipondoh), Panti Asuhan Al-Fitroh (Cipondoh).
Sedangkan untuk sasaran Kunjungan Sosial yakni RSUD Cut Nyak Dien, Lapas Kelas ll B Meulaboh dan yang terakhir adalah Panti Asuhan Suci Hati. Sebagai pimpinan rombongan, Letkol lnf Dimar Bahtera menyampaikan bahwa Kunjungan Sosial ini merupakan rangkaian dari HUT Rl yang genap usia 76 Tahun.
Cut Nyak Dien dari Aceh; Cut Nyak Dien lahir di pada tahun 1848 di Lampadang, Aceh. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar. Kemarahan besar Cut Nyak Dien terhadap penjajah berawal atas kematian suaminya, Teuku Cek Ibrahim, yang bertempur pada tanggal 29 Juni 1978.
Penampilan dan keanggunan pakaian adat Cut Nyak Dien yang terbuat dari bahan sutra dan brokat dengan warna ciri khas merah dan keemasan. Pakaian ini adalah simbol keberanian dan kebanggaan dari seorang pahlawan wanita Aceh yang berjuang melawan penjajahan Belanda. Temukan informasi lebih lanjut tentang sejarah dan keindahan dari pakaian adat Cut Nyak Dien hanya di situs kami.
Sosok Cut Nyak Dien yang lahir pada tahun 1848 kemudian tumbuh di tengah lingkungan bangsawan Aceh dan pendidikan agama yang kuat. Suami pertama Cut Nyak Dien bernama Teuku Ibrahim, anak Teuku Abas Ujung Aron dari daerah Lamnga. Suaminya pertamanya wafat dalam pertempuran melawan Belanda pada 29 Juni 1878. Dari pernikahan pertamanya, mereka
istrinya, Cut Nyak Dien. Pada 1905, Cut Nyak Dien ditangkap dan diasingkan ke Sumedang. Perlawanan Sisingamangaraja XII Latar belakang: Sikap Belanda yang menginginkan wilayah Tapanuli menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya. mendirikan panti asuhan, poliklinik, rumah Sumber: dokumen penerbit sakit, dan masjid; mengadakan kegiatan
EJFZ2.